Cinta itu
datang begitu saja ketika aku tak lagi mengharapkan cinta hadir dalam hidupku. Tadinya aku ragu
apakah aku bisa membuka hati yang telah sekian lama beku.
Rasa sakit
tentang cinta yang lalu membuatku berfikir lebih hati-hati tentang sebuah
rasa cinta, tanpa kusadari hatiku lama-lama mencair dengan kehadiranmu,
perhatianmu, kata-kata manismu, tapi aku masih ragu.
-------------------------- o 0 o -------------------------
Tugas kantor begitu menyita waktuku, hingga sore
ini aku belum juga beranjak dari depan meja kerjaku, laporan yang seharusnya
sudah selesai siang tadi tertunda gara-gara pertemuan dengan klien yang
mendadak, sedikit kecewa dengan keadaan, tapi aku harus menyelesaikannya, aku
tak ingin tugas ini membebaniku sampai dirumah. Jadi kuselesaikan semua saat
itu juga.
Ku lirik jam ditanganku, 5:15. sepertinya aku
tak bisa mampir kerumah sakit , membayangkan jalanan yang super macet saat jam
pulang kantor seperti ini dan aku baru saja menyelesaikan laporanku,
"HHhhh.. aku butuh istirahat..." keluhku. ada rasa kecewa
menyelimuti dan aku memikirkanmu mungkin saja kamu kecewa aku tak bisa
menemanimu sore ini.
“maaf….ini
diluar kuasaku..” lirihku dalam hati.
Saat
aku tiba sore itu ada rasa sesal kenapa aku tak memenuhi janjiku untuk
menengokmu kemarin. Aku melihatmu dari balik kaca yang ada dipintu kamarmu,
masih ada seseorang berdiri disamping tempat tidurmu dia adalah ibumu dan
kakakmu,entah kenapa kakakmu pun ada disitu. Oksigen yang menutup sebagian
wajahmu telah dilepaskan, nafasmu terlihat teratur dan suara
beep..beep..beep dari alat disamping tempat tidurmu pun tak terdengar lagi. Ada
tanda tanya dikepalaku, aku menepis prasangka yang mulai muncul.
Ku ketuk
ruanganmu, membuka pintunya dan masuk perlahan ketika ibumu tersenyum
melihatku.
“assalamualaikum..… “ sapaku.
‘waalaikumusalam…” jawab ibu dan kakakmu bersamaan.
Kamu hanya
melambaikan tanganmu pelan diatas tempat tidur.
Mencium
tangan ibumu dan memberinya sedikit pelukan kecil lalu menjabat tangan kakakmu
dan tersenyum. Aku mendekatimu kemudian duduk disamping tempat tidurmu.
“hey…maaf..kemaren aku harus menyelesaikan tugas
kantorku jadi....” kata-kataku terputus.
Kamu
mengangguk pelan mendekatkan ujung telunjuk dibibirmu yang pucat.
“sst..gak apa-apa..aku mengerti “ .katamu hampr
tak terdengar.
“oh ya.. salamnya sudah aku sampaikan dan
teman-teman akan kemari besok..” lanjutku.
“ ya..terimakasih.” jawabmu lalu memejamkan
mata, seperti ada yang kamu rasakan.
Aku tak berani bertanya padamu, melirik wajah
ibumu yang menunduk perlahan saat matanya bertatapan denganku. Sore itu tak
banyak cerita aku lebih banyak diam memandangi wajah dan tubuhmu yang terlihat
begitu lemah.
Aku pamit,
mengelus lembut tanganmu dan seperti biasa membisikan sebuah kata,
kamu
mengangguk dan tersenyum.
Aku meninggalkanmu dengan tatapan wajahmu yang
begitu sayu, menjajari langkah ibumu yang mengantarku sampai dibalik
pintu. Sebelum pergi aku memberanikan diriku bertanya.
“maaf bunda…sebenarnya apa yang terjadi..?”
“….dokter sudah tidak bisa menyembuhkannya
sayang..besok bunda akan bawa dia pulang..” jawab bunda sambil menunduk menahan
isaknya.
Aku terkejut, ingin menangis tapi tak bisa, yang
ku lakukan hanya memeluk erat ibumu. Melukiskan perasaan yang sama
perlahan ku lepaskan pelukanku, mencium punggung tangannya lalu
pamit..meninggalkannya sendiri didepan pintu kamarmu.
Malam ini
aku tak bisa melukiskan perasaanku, hanya sajadah panjang tempatku bersimpuh
memohon kepada Sang pemilik Jiwa..untuk memberikanmu keajaiban atas penyakitmu.
airmata ku biarkan jatuh satu satu menenggelamkan diriku dalam doa untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar