Seminggu telah berlalu setelah kepulanganmu dari
rumah sakit itu.
Minggu ini
kembali teman-teman mengajakku untuk menjengukmu.
kerumah mu..
Rumah besar bercat putih bersih dengan halaman
yang luas dan taman yang terawat rapih.
Ibumu
membuka pintu menjawab salam yang kami berikan lalu mepersilahkan masuk. Kamar itu
tak terlalu besar tapi cukup nyaman, tubuhmu terbaring lemah dikasur empuk
berwarna biru indah senada dengan warna kamar dan tirai dijendela bunga segar
seperti biasa ada diatas meja kecil disudut dekat jendela, wangi pengharum
ruangan menambah kesan bersih dan segar. Ibumu masuk
mendahului, mengusap wajahmu lembut dan berkata setengah berbisik.
“ Bangun sayang… teman-temanmu datang “.
Tangannya membelai rambut hitammu.
Ibumu
mengisyaratkan agar kami masuk. Aku
menghampiri tempat tidurmu, berdiri didepan dekat kakimu yang terselimuti kain
lembut. sementara yang nya duduk disamping kiri dan kanan tempat tidurmu.
“ Sayang… ini teman-temanmu ada disini, bangun
nak.” ucap ibumu lagi.
Perlahan kamu membuka matamu, tak bersuara tapi
mengangguk perlahan.
Setelah
yakin kamu bangun ibumu beranjak pergi meninggalkanmu melewatiku dan perlahan
menyentuh tanganku lembut, seakan mengajakku untuk berbicara sejenak dan aku mengikutinya sampai diruang makan, kemudian dia
memintaku untuk duduk.
“ Ada apa bunda…?” tanyaku. Hati ku sedikit agak
bergetar.
“ Nak… sudah beberapa hari ini dia diam saja dan
tertidur, bunda takut..!” ucap ibumu menunduk sambil menahan perasaannya dan ku
lihat ibumu menitikkan airmata. Aku terharu, aku tak bisa berkata.
Aku meraih
tangannya mengusap punggung tangannya kemudian memeluknya erat hatiku ikut
menangis, mataku mulai berair aku tak tahan melihat ibumu menangis. ibumu
membiarkan aku memeluknya. Sepertinya dia ingin melepas himpitan rasa yang
telah lama dipendamnya.
“ Nak.. bunda ingat almarhum ayah, disaat-saat
terakhirnya beliau juga diam dan terus tertidur ”. Lirih ibumu disela isaknya.
Aku tak bisa berkata apa-apa, ku biarkan ibumu
menangis dipelukanku.
Sesekali ku
usap airmataku, aku tak ingin ibumu melihatku menangis. Aku dan ibumu berada
dalam satu rasa. Perlahan ku lepaskan pelukanku membiarkan ibumu bercerita
menumpahkan segala rasanya hingga akhirnya bisa menguasai perasaan dan tenang.
Aku kembali
kekamarmu dan ibumu mengikutiku dari belakang dia telah menghapus airmatanya , menghampiri, membelai rambutmu yang hitam, Dan kamu.....kamu masih saja diam,
matamu masih terpejam hanya desah nafasmu yang terdengar. Suasana didalam kamar itu jadi sunyi, tak ada yang bersuara
ketika ibumu berkata padamu.
“ Sayang….buka matamu nak, lihat siapa yang
datang..?” lembut suara itu memanggilmu.
Perlahan kamu membuka lagi matamu, entah kenapa
dadaku berdegup menahan detak jantungku. Kakakmu masuk menghampiri dan berdiri
tepat disebelah ku.
“ Sayang…. kamu mau minta maaf sama mereka
semua..? Tanya ibumu lagi.
Tak tahan mendengar pertanyaan ibumu satu-satu
teman wanita meninggalkan ruangan berdiri didepan pintu melihat dirimu sambil
menahan tangis.
Dengan tenagamu yang kian lemah kamu berusaha
mengangguk. Aku menahan airmataku, aku tak ingin menangis dihadapanmu.
“ Aku dan teman-teman juga minta maaf sama kamu,
kami telah memaafkanmu”. kataku mewakili. Tangan mu terasa dingin saat ku
sentuh.
“ Tuh.. lihat sayang mereka semua memaafkanmu,
kamu mau memaafkan mereka ?” Tanya ibu mu lembut sambil menahan rasa.
Sekali lagi kamu berusaha untuk mengangguk
perlahan.
Ibumu tersenyum, masih membelai lembut rambutmu
dan membiarkanmu kembali memejamkan mata.
Aku
memandang wajahmu yang terlihat lebih pucat dari biasanya desahan nafasmu
berat, ku pandangi ibumu yang dengan kasih dan sayangnya terus mengusap-usap
rambutmu. Perlahan ku lepas tanganmu dan seperti biasanya membisikan sesuatu
ditelingamu sebelum akhirnya aku pamit pulang.
“ Bunda, kami pulang dulu..” kataku sambil
mencium punggung tangannya.Tersenyum kearah kakakmu kemudian berlalu
meninggalkan ruangan berwarna biru itu.
Aku bersimpuh kembali di kesunyian malam,
memohon kepada Mu Sang pemilik Jiwa mencurahkan rasa hatiku, bertanya...
" kenapa rasa cinta itu tumbuh disaat seperti ini? semua
tentangmu hadir dibenakku, aku tak kuasa untuk tidak menangis malam ini.
Ku biarkan
airmataku membasahi peraduanku, membawa diriku dalam mimpi tentangmu.
~ o0o ~
Aku terbangun saat handpone ku bergetar, ku
lirik jam didinding kamarku tengah malam. Kuraih Hp ku ada pesan pendek yang
masuk disitu, " dari kakakmu..." desahku.
....................................................Tubuhku lemas, jantungku berdegup keras ku
hempaskan tubuhku terduduk ditempat tidur. Menutup wajahku membiarkan airmata
yang baru saja mengering kembali membasahi pipiku.
“ Kamu telah pergi….” lirih hatiku perih.
Aku menangis dalam diam.
Aku menangis dalam
kesendirian ditengah malam sunyi sepi.
Aku
kehilangan orang yang baru saja memenuhi rasa dalam hatiku...... dengan rasa cinta, rasa
sayang.
Aku kembali
menangis membayangkan dirimu yang terbaring lemah tak berdaya, mengingat
kembali masa-masa indah yang pernah ada bersamamu, tapi sebuah lagu sedih
mengalun sunyi dalam hatiku. Dikeheningan malam ini
ku tatap gelap tanpa bintang mencoba menggapai bayangmu, merengkuhmu dalam
pelukan. Aku menangis, aku menangis dalam kerinduanku, aku menangis
karena kehilangan dirimu.
~
o 0 o ~
Rumah bercat putih itu sudah penuh dengan
orang-orang yang ingin mengucapkan belasungkawa. Awan putih menutupi
langit membuat redup suasana.
Aku diam
membisu duduk diantara teman - temanmu. Sesaat tadi ketika baru datang ibumu
memelukku erat, tapi airmata tak lagi membasahi pipinya dia terlihat pasrah,
ikhlas menerima kepulanganmu kesisi- Nya.
Aku
menemuimu dalam kesedihan yang mendalam, tak ingin rasanya menangis dihadapanmu
yang terbujur kaku berselimut kain batik yang indah. Wajahmu pucat, senyummu
terlihat menghiasi tidur panjangmu ,aku tak kuasa menahan rasa, dadaku sesak
menahan tangis.
Ku pegang
tanganmu yang tertutup kain, mengirimkan do’a dan aku tak lagi membisikanmu
kata-kata yang sering ku ucapkan ketika kamu masih bisa tersenyum membalasnya.
Lirih perih
menahan tangis, ku ucapkan kata-kata itu dihadapanmu.
"Aku Sayang Kamu”.
Usai sudah perjalananmu didunia ini, menyisakan
kenangan indah untukku.
Tanah merah
tertutup rapat bunga – bunga bertebaran diatas pusaramu indah seperti kata –
kata indah yang sering kau berikan kepadaku saat malam menjelang.
Aku tak lagi
menangis. Saat ini yang ada hanya kerinduan akan kenangan indah bersamamu.
~
s e l e s a i ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar