Total Tayangan Halaman

Selasa, 05 Maret 2013

.•°•.✿`Bunga dan Embun˚ ˚•

Istana awan itu terlihat indah, seorang bidadari dengan sayap putihnya yang lembut menari disetiap malamnya, bernyanyi disetiap harinya, menebarkan cinta, memberikan kasih sayang, membuat keindahan disetiap bunga.

   Seorang pangeran yang berasal dari negeri Embun mencoba mendekatinya, diam-diam dia selalu memperhatikan setiap nada, setiap gerak dalam keindahan suasana disetiap harinya.
   Suatu ketika Sang bidadari terbang rendah mengitari sebuah taman kecil ditemani banyak kupu-kupu berwarna-warni, sesaat dia tertegun dengan kelopak kuncup bunga putih disela-sela dedaunan hijau, didekatinya dan mencoba untuk memegangnya, tapi niatnya itu diurungkan karena ada butiran-butiran kecil bening perlahan turun dari langit bersama munculnya sinar matahari dari ufuk timur. Seseorang denga sayap putih lebarnya menari-nari menyebarkan butiran-butiran kecil bening yang terkadang berkilau terpapar sinar matahari.
Terkesima tanpa bisa berkata apa-apa, Sang bidadari bersembunyi dan menyusup ke dalam dedaunan hijau itu. Namun tiba-tiba tubuhnya menjadi segar dan bersemangat, ketika butiran bening menyentuh tubuhnya, dan bunga disampingnya yang tadi masih menguncup sekarang bergerak perlahan membuka satu-satu kelopak putihnya. Sehingga dia tidak lagi tersembunyi, kelopak indah dari bunga putih dan harum itu. Membuka persembunyiannya, bidadari lalu terbang kembali menuju istananya.
-------------------------------- o 0 o -----------------------------
   Malam ini tak ada tarian dan nyanyian, Sang bidadari hanya terdiam dalam peraduannya di awan, mengingat kembali apa yang telah terjadi dibawah sana. Ada sesuatu yang terjadi dalam hatinya setelah butiran bening itu menyentuh tubuhnya. Rasanya menyegarkan, memberikan sesuatu rasa yang lain yang belum pernah dia rasakan. Sepertinya Sang bidadari awan ingin menjelma dirinya menjadi bunga putih itu saja, agar bisa bertemu setiap hari dengan orang yang menebarkan butiran bening, merasakan kesegaran baru tanpa harus menampakan diri dihadapannya.

    Bidadari kembali turun dari awan, bermain bersama kupu-kupu, menebarkan keindahan pada bunga-bunga, menunggu butiran bening turun dari langit untuk menyentuh tubuhnya. Sebelum turun tadi  matahari menyembunyikan wajah terangnya, bidadari tak menyadari itu, hanya saja ketika dia sampai ditaman kecil kupu-kupu kuning lebih banyak menari- nari dibandingkan dengan yang lainnya, mereka seperti bersembunyi, dan berlindung dibalik daun yang lebar, kemudian butiran-butiran bening itupun jatuh, namun bukan butiran bening yang dia jumpai tapi butiran besar seperti air menetes yang membuat burung dan lebah tak berani keluar dari sarangnya. Bidadari tersenyum tertunduk lesu, sudah dipastikan dia tak akan melihat pangeran dengan sayap putih mengembang yang menari-nari. Hatinya sedih, wajahnya menjadi muram, kemudian dia kembali terbang menuju istananya diatas awan.

Melintasi langit melewati bintang yang paling terang dan berhenti untuk menaruh hatinya yang merindu disana, agar bisa dia lihat nanti saat tidur menjelang.

   Sang Bidadari bernyanyi sendiri, tak ada tarian yang menyertainya, hanya sunyi yang dirasa. Dipandanginya bintang terang ditimur  sana, tempat ia menaruh rasa hatinya. Dia tak mau turun lagi, dia tak ingin kemana-mana, hanya ingin sendiri dipinggiran awan tempat dimana dia biasa menyendiri mengamati bumi.
 
Hati ku merindu tak menentu,
Padamu wahai butiran embun penyejuk hati.
Bagaimana aku bisa melihatmu kembali?
jika semua terhalang oleh hujan yang tak mau berhenti.

Kemudian dia berbaring masih dengan memandangi langit, ya.. tak ada tarian hari ini, tak ada rasa bahagia yang mengiringi, hingga dia terlelap dalam mimpi.

   Disudut awan Sang Pangeran Embun tampak bersedih, dia tak melihat senyum yang terpancar dari wajah Sang Bidadari, dia tak mendengar nyanyian indah kebahagiaan yang keluar dari suara merdu Sang Bidadari, kemudian dia terbang melintasi langit, menuju bintang dan mengambil hati sang bidadari. Menempatkannya didalam hatinya.
Entah mengapa rasanya memang begitu indah. Ternyata bidadari merindukanku. Pangeran Embun bergumam dalam hati.
Di lintasinya beberapa awan kecil kemudian kembali pada sisi istana tempat bidadari terlena dalam mimpinya.


   Matahari menampakkan wajah terangnya, Sang Bidadari terjaga dari mimpi, hatinya ingin segera turun, tapi ketika ingat kejadian kemarin dia merasa ragu, jadi dari balik awan dia mengamati taman kecil itu, mengamati bunga putih yang sekarang bermekaran indah, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Ada garis garis berwarna-warni yang melengkung indah dari sisi istananya.

   Dia berdiri, mendekati warna-warna itu, ragu dia meletakkan kakinya pada warna-warna indah ini, begitu kakinya tersentuh hatinya yang kemarin merindu tiba-tiba saja berubah menjadi rasa ingin tahu apa sebenarnya warna-warna indah ini? Dingin dan sejuk menyentuh kakinya, tapi rasa sedikit agak licin, jadi dia kembangkan sayapnya tanpa berniat untuk terbang, hanya menjaga keseimbangan agar dia tidak jatuh.

   Di setiap warna ada suasana berbeda yang dia rasakan, merah, hijau, kuning, biru, jingga, dan berjuta-juta warna lainnya, bergabung menjadi satu membentuk sebuah lengkungan indah. Tak sadar bidadari menari dan bernyanyi, hingga suara merdunya terdengar oleh pangeran embun yang sedang menyebarkan butiran-butiran bening membentuk lengkungan ynang belum selesai.

Pangeran Embun terbang mendekatinya, tapi Sang Bidadari tak menyadari, dia terhanyut oleh warna yang dipijaknya bernyanyi dan menari sambil menutup mata. Pangeran Embun tersenyum dan mengikuti gerakan Sang abidadari Awan, sesekali berusaha untuk menjaga agar langkah bidadari tepat pada garis berwarna. 

Dan tiba-tiba Sang Bidadari melayang tak menyadari jika warna yang dipijaknya telah habis, terjatuh karena tak mempersiapkan sayapnya, tapi dia terkejut dan membuka matanya. Seseorang telah menangkap tubuhnya dan kini di depan wajah Sang bidadari ada wajah tampan bening bersinar, tubuhnya masih dalam pelukan, wajah itu tersenyum lembut, senyum yang dirasakanya memberikan kesegaran.

Tanpa banyak bicara pangeran Embun melepaskan pelukannya meraih tangan sang bidadari dan membawanya terbang kembali pada warna-warna indah itu, sambil menari dan menyebarkan butiran bening yang kembali membentuk lengkungan indah, seperti jembatan yang menghubungkan istana awan tempat tinggalnya dengan taman kecil penuh dengan kupu-kupu warna-warni.

‘ Hai…. Putri Awan, aku Pangeran Embun, lihatlah ini yang dinamakan PELANGI terbentuk dari butiran-butiran air yang ku sebarkan kemudian terpapar dengan hangatnya sinar matahari hingga menghasilkan berjuta-juta warna. “kamu suka dengan warna-warna ini?  Pangeran Embun memperkenalkan dirinya.

Sang Bidadari tertegun tak bisa berkata, dia agak malu karena tapi sempat melayang jatuh.

“ Aku, aku sedang suka warna biru”. Jawabnya pelan sambil menatap wajah didepannya.

“oh.. biru ya..? kamu sedang merindu…”   Pangeran Embun berkata sambil tersenyum, dan mengoyang-goyangkan tangannya yang masih memegang tangan bidadari Awan.

“ Bagaimana dia bisa tahu hatiku?” bidadari Awan berkata dalam hati.

“ Boleh kulepaskan tanganku?” pinta Sang Bidadari Awan.

“ ooh, maaf”. Pangeran Embun tersipu malu sambil melepas tangan sang bidadari.
“ nah sudah selesai “. Katanya lagi dengan senyum mengembang.



“ Mari Putri ku tunjukan semua warna pelangi “ Pangeran Embun meraih kembali tangan sang bidadari, dan bidadari hanya terdiam mengikuti langkah sang Pangeran Embun.

“ Lihat warna merah muda, kamu mau meletkkan kakimu dalam warna itu? Tanya pangeran Embun. Sang bidadari hanya mengangguk dan mengikuti arah menuju warna merah jambu.
 
Oh, rasanya…. Rasanya tak bisa diungkapkan, hatinya begitu bahagia ktika kakinya yang lembut menyentuh warna merah muda, ya… rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan, Sang bidadari tersenyum manis.

  Kemudian dia melangkahkan kakinya kedalam warna coklat, hatinya sedikit bergetar, pikirannya jadi tak menentu, seperti ada kebimbangan tapi entah apa? jadi dilanjutkan langkah kakinya kedalam warna kuning, hatinya sedikit agak lega tapi masih dirasakannya kebimbangan, dan dia tak ingin berlama-lama dalam warna itu. Kemudian dia melompat menginjak warna merah, tubuhnya bergetar, ada perasaan yang lebih keras dalam hatinya, ingin marah, ingin menangis, dia terbawa emosi yang dihasilkan dari hatinya. Tersadar sang Bidadari terbang menjauh dari warna merah.

“ Oh, aku tak suka warna ini!” katanya sedikit agak keras.

Pangeran mengikutinya meraih tangan Sang Bidadari kemudian memeluk sang bidadari erat, dan mengajaknya kembali kedalam warna merah, sang bidadari membiarkan tubuhnya dalam pelukan.

“Tenanglah Putri, perasaan yang tadi kamu rasakan karena hatimu sedang tak menentu, sekarang coba lihatlah aku” pangeran tersenyum, melepaskan  pelukannya dan memegang lembuh wajah sang bidadari, begitu dekat hingga sang bidadari dapat melihat mata birunya yang indah dan bening.

Sang Bidadari memandang lekat pada wajah Sang pangeran dan menemukan apa yang dicarinya selama ini. Ya, kerinduan… kerinduan akan kehadiran seseorang, ada rasa yang menggelora mulai merasuki tubuhnya, tapi rasa yang berbeda, bukan rasa marah, hingga dia tak menyadari telah memeluk pangeran dengan erat, bahkan ada hasrat ingin mencium sedikit saja mata indah sang pangeran. ‘Oh, rasa apakah ini? jeritnya dalam hati.

Pangeran Embun tersenyum mengembang, menyadarkan Sang bidadari pada posisinya, yang dengan perlahan melepaskan pelukan, tersipu malu atas apa yang dilakukannya.

“Lihatlah Putri… kamu masih berdiri pada warna merah, ingatlah, tak selamanya warna merah itu adalah kemarahan, karena itu tergantung dari suasana hatimu.

“Putri, kamu tak perlu bersembunyi untuk melihatku, kamu tak perlu merubah dirimu menjadi bunga, karena kamu memang secantik bunga ditaman itu.

"Putri Awan, aku mencintaimu, seperti aku mencintai butiran bening yang kutebarkan setiap pagi. Ku buatkan pelangi ini agar kamu bisa mengungkapkan semua rasa yang ada dalm hatimu, agar kamu dapat turun tanpa harus berputar untuk menuju taman indah yang penuh kupu-kupu itu, agar kamu bisa cepat menemuiku dan bisa bermain sepuasnya disana, karena aku tahu hatimu Putri dan aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan.

Sang Bidadari tertunduk dalam, sayapnya mengembang tapi tak ingin terbang, dia meneteskan airmata, membiarkanya terjatuh membasahi warna yang dipijaknya, kemudian perlahan berubah menjadi warna merah muda, warna indah dan bahagia.

Sang pangeran mendekat mengankat wajah cantik sang bidadari, menghapus setiap tetes bening yang membasahi pipi sang bidadari.

“ Bisa kamu rasakan kebahagiaan itu putri?  Pangeran berucap.
Sang bidadari hanya mampu mengangguk lembut.

" kamu tahu Putri…….. Setiap kali kamu bersembunyi dalam dedaunan dan bunga putih itu aku ingin selalu menyentuhmu, aku bahagia ketika butiran bening yang ku sebarkan jatuh pada tempat yang indah sepertimu.
Kamu memang cantik seperti bunga, tak perlu kamu katakan apa yang ada dihati kamu, karena aku telah mengetahuinya, maaf aku telah mengambil hatimu pada bintang terang itu, dan aku merasakan bahagia seperti yang kamu rasakan.
 
" Putri Awan, aku mencintaimu seperti kamu mencintai diriku"

Tidak ada kata yang keluar dari bibir sang bidadari, karena semua kata-semua rasa telah diungkapkan oleh Pangeran Embun.
 
Ya, aku mencintaimu Pangeran Embun, seperti kamu mencintai diriku.

 .•.✿. Story of life, Pangeran embun dan Putri Awan.✿.•.
____------------------------` 303`2013 -----------------___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar