Total Tayangan Halaman

Kamis, 26 April 2012

Mentari penghangat Hati.


Aku menangis ditengah sepinya malam, tak menyesali apa yang telah terjadi tapi belajar menerima apa yang baru saja aku ketahui.

Pagi itu aku kembali menuju sebuah RS besar di Jakarta. Memenuhi  janji dengan seorang dokter spesialis, mengikuti semua apa yang di instruksikannya. Bertahan dengan keyakinan dan doa untuk sebuah kebaikan.
 2 minggu sudah ku kejar semua jadwal untuk menyelesaikan pengobatan itu, berharap untuk cepat kembali kerumah mungilku di pulau Borneo.
Tak terhitung lagi jumlah uang yang harus ku keluarkan harapanku hanya satu, aku ingin kepastian dan memberikan yang terbaik untuk malaikat kecilku.

Membujuknya untuk bangun pagi-pagi, berlomba mengejar waktu dalam padat nya kota Jakarta. Sungguh sesuatu yang tak mungkin aku lupakan. Menggendong dan menyusuri bangunan putih yang besar menaiki beberapa anak tangga hingga tiba disebuah klinik tumbuh kembang,
3 hari yang lalu dokter menyuruhku membawa kembali malaikat kecilku untuk menjalani serangkaian test,  tak ada yang bisa ku lakukan selain mengikuti semua petunjuk dokter.

Seorang suster memintaku menebus sebuah obat, kemudian memberiku petunjuk bagaimana memberikan obat itu. Rasanya tak ingin memberinya obat ini kalau efeknya ternyata untuk membuatnya tak sadarkan diri, tapi ini harus ku lakukan, beberapa menit kemudian malaikat kecilku terlihat mulai tak sadarkan diri, ku gendong dia dan ku baringkan ditempat tidur beralaskan seprai putih bersih. Ku perhatikan seorang perawat mengoleskan semacam gel kebagian-bagian tertentu dikepalanya perawat satunya lagi memperhatikan alat yang terdengar mengeluarkan suara beep..beep..beep.. alat itu merekam aktifitas  yang ada dikepala malaikat kecilku. Aku ingin menangis melihat malaikat kecilku dengan kabel-kabel yang menempel dikepalanya. Detak jantungku berbegup kencang tapi aku bisa apa? aku hanya bisa pasrah dengan semua itu. Ku tenangkan diriku sambil memperhatikan semua gerak gerik suster yang merawat  malaikat kecil ku.

“maafkan mama sayang, ini semua untuk kebaikan kamu” . Begitu batinku menguatkan.

Beberapa menit kemudian perawat itu mulai melepaskan satu per satu kabel yang menempel, membersihkan gel yang masih tersisa dan mengangguk pelan kearahku, aku  mengerti maksudnya. Ku gendong malaikat kecilku memeluknya dengan erat. Ku sadarkan dia dengan kecupan sayang, perlahan matanya mulai terbuka aku tersenyum membelai rambutnya yang masih sedikit agak basah terkena gel. Ku peluk lagi dan ku kecup lagi keningnya.

" Betapa aku sangat mencintaimu malaikat kecilku".  kataku dalam hati.

Masih dalam gendongan malaikat kecilku memeluk erat tubuhku dengan keadaannya yang masih lemah.

“ kita pulang sayang, kita pulang. kamu  pasti lelah seharian  ini.”  bisikku lembut.

 Ku tinggalkan bangunan megah berwarna putih itu menaiki sebuah taksi biru menuju hotel tempatku menginap. Malaikat kecilku berlindung dalam pelukan hangatku kemudian terlelap kembali  dengan senyuman manisnya.

                                                      ~ o 0 o ~


Dokter mempersilahkanku duduk setelah test itu dilakukan. Jantungku sedikit  berdebar. Menunggu  apa hasil dari test 3 hari yang lalu itu.

“Bagaimana bu.. sehat?” tanya dokter.

“baik dokter..cuma agak tegang sedikit “. jawabku pelan berusaha menghilangkan kegugupanku.

“adek..bagaimana?” tanya dokter lagi sambil memegang lembut tangan malaikat kecilku.

“ baik dokter.” Jawabku mewakili malaikat kecilku yang asik memainkan sebuah mobil mainan dan botol susunya.

“baiklah..” dokter itu melanjutkan.

 Aku sedikit tegang menunggu dokter berbicara.

“berdasarkan dari hasil  serangkaian test kemarin saya bisa menyimpulkan bahwa anak ibu mengalami gangguan dipendengarannya, semua struktur telinga, gendang telinganya bagus hanya saja sepertinya ada gangguan dibagian syaraf telinganya hingga menyebabkan dia tidak dapat mendengar dengan jelas, maaf ibu ”. dokter itu menjelaskan.

Aku terdiam memandangi malaikat kecilku yang masih asik dengan mainan dan botol susunya. Sepertinya dia belum menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya.

“Apa yang harus saya lakukan dokter ?“  tanyaku kemudian.

“ibu tak perlu khawatir  karena anak ibu masih dalam masa berkembang dan bisa terbantu dengan pemakaian alat bantu dengar, hanya saja maaf ibu.. untuk saat ini dia tidak bisa bersekolah di sekolah umum karena nanti  akan membuatnya kesulitan, yang harus ibu lakukan sejak dini adalah mengikuti terapi dan menstimulasinya dengan suara-suara yang langsung diterima lewat pendengarannya  tak ada salahnya jika mendengarkan musik lewat headset, itu akan membantu syarafnya bekerja.” jelas dokter  yang sedikit menenangkan ku.

Aku hanya bisa mengangguk mendengarkan  semua penjelasannya, menanyakan apa saja yang dapat ku lakukan untuk membantu malaikat kecilku ini. Sesekali ku pandangi tubuh mungilnya, batinku menangis. Tapi aku bisa apa?

“baik lah kalau begitu, semuanya sudah selesai ada lagi yang ingin ditanyakan ibu..?”. tanya dokter.

“ Tidak dokter, saya mengerti..terimakasih atas bantuan dan penjelasannya dok. ini membuat saya sedikit agak tenang menerimanya". jawabku.

 ku jabat tangannya kemudian meraih tubuh mungil malaikat kecilku. Dokter menjabat tangan mungil itu dan mengusapnya lembut. Malaikat kecilku hanya memandangi dengan wajahnya yang polos dan dengan langkah kecilnya mengiringiku meninggalkan ruangan dokter yang sejuk ber AC.

                                                     ~ o 0 o ~
Malam itu terasa begitu sunyi, kubayangkan seperti inilah mungkin yang dirasakan malaikat kecilku. Dalam keheningan hidupnya.
Hp ku berdering, ku lihat layarnya sebentar memastikan orang yang ku tunggu yang menghubungiku saat ini.

“ selamat malam sayang.. bagaimana testnya hari ini ?” suara yang begitu akrab ditelingaku terdengar disana.

“ met malam cinta..” balasku berusaha menahan rasa dihatiku.

“bagaimana keadaanmu juga malaikat kecil kita? Apa dia baik-baik saja?. tanya suara itu lagi.

Aku terdiam menyusun kata-kataku rasanya tak ingin memberitahunya, tak ingin dia merasakan hal yang sama ini, tak bisa ku bayangkan perasaannya jika tahu hal yang sebenarnya. Tapi semua harus dibicarakan.

“ halo.. kamu masih disitu kan sayang?” suara itu menyadarkan ku.

“oh iya.. suaranya agak kurang jelas disini, mungkin aku harus pindah keluar ruangan.”  alih ku. Padahal aku sedang bingung bagaimana menyampaikan ini semua padanya.

“oke..oke mungkin sinyal dalam kamar ini yang jelek, tunggu sebentar  aku akan ke balkon”.  terdengar hening, kemudian.

“halo..halo.bagaimana sekarang?”  suara itu terdengar lagi.

“iya. bagus?” jawabku sekenanya.

“oke. Mmm..bagaimana tadi testnya berjalan lancar? apa hasilnya?” tanyanya kembali.

HHhh..ku tarik nafas panjang sebelum menjawabnya.

“ alhamdulillah semua berjalan lancar, dari rumah sampai RS. Dokternya, testnya dan sampai rumah lagi, hanya saja cinta…” kataku menghentikan kata-kataku.

“ Ada apa? Apa kata dokter? Bagaimana hasil testnya? Ada apa dengan malaikat kecil kita?”. Suara itu terdengar penasaran dan memberiku banyak pertanyaan.

“semua berjalan cukup lancar, hanya saja hasilnya…, maaf cinta.. sepertinya dugaanku benar, malaikat kecil kita mengalami gangguan dipendengarannya.” kataku tersendat  airmata tak kuasa ku bendung, rasanya aku ingin berada dalam pelukannya saat ini.
Suara itu tak terdengar, hanya helaan nafas panjang yang ku tangkap sayup-sayup.

“halo..cinta, kamu mendengarkanku.?” tanyaku ketika suara itu sepertinya menghilang.

“ iya…aku disini sayang”.  Jawab suara itu pelan.

“ Aku minta maaf cinta, aku benar-benar minta maaf  mungkin semua ini salahku, aku tak bisa merawatnya dengan benar..” Isak ku menyalahkan diriku sendiri.

“tidak.. kamu tak perlu minta maaf sayang, aku tahu apa yang sudah kamu lakukan untuk malaikat- malaikat kecil kita, aku tahu diri mu, ini semua sudah takdir dari Yang Maha Menguasai Segalanya , kita hadapi saja semua ini bersama tak ada yang harus disalahkan “. Suara itu berusaha menenangkan ku.

“ saat ini yang ke butuhkan hanya semangat darimu, rasanya aku ingin berlari kedalam pelukamu cinta, rasanya aku tak kuat menahan rasa ini sendiri..”  tangisku tak bisa ku tahan lagi.

“ssstt…sayang, sudahlah jangan menangis, hapus air matamu, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan saat ini. Sekarang istirahat lah, aku tahu kamu pasti capek beberapa hari ini, semuanya kini sudah jelas. Ingat lah satu hal.. aku sangat sayang padamu juga  pada buah hati kita,  yang harus kita lakukan sekarang adalah memberikan yang terbaik untuknya semampu kita. Tidurlah sayangku.. aku akan memelukmu dari sini dengan segala rasa sayang dan cintaku.” suara itu terdengar bergetar namun bisa membuatku sedikit tenang.

“baiklah.. aku akan mencoba untuk tidur malam ini, terimakasih telah begitu mengerti rasaku cinta.. bantu aku dalam doa malammu, bantu aku dengan kekuatan cinta kamu..aku membutuhkannya malam ini, aku menyayangimu cinta.”  dengan masih terisak ku hapus  airmataku.

“ iya aku tahu..istirahatlah sayangku.  I love you..”  ucap suara itu lembut.

“ I love you too..” 
Lalu semuanya kembali sunyi.. sunyi dikeramaian kota Jakarta yang tak pernah tidur. hatiku masih menangis, aku teringat ucapan belahan hatiku diseberang pulau sana, mengingatkanku pada Sang Pemilik Jiwa. ku basuh tubuhku mensucikan diri dengan wudhu, menghamparkan sajadah disudut ruangan. melantunkan ayat-ayat suci yang  cukup terasa mengetarkan jiwaku saat itu.
Ku pandangi malaikat kecilku yang telah tertidur pulas dengan mimpinya. botol susu yang kosong tergeletak begitu saja di sebelah bantalnya. membayangkan wajahnya yang mungil, membayangkan hari-hari yang kelak dilaluinya dalam kesunyian, dan aku tak kuasa lagi menahan airmataku.

Bersimpuh aku dalam do'a malam itu.

"ya Rabb... Ampunilah dosa dan kesalahan hamba, tolonglah hamba ya Rabb.. berikan hamba kekuatan, berikan hamba cukup kesabaran menerima ini semua dengan ikhlas. hamba yakin Engkau akan memberikan yang terbaik untuknya, lindungilah buah hati hamba, jagalah dia ya Rabb, lindungilah dia karena hanya Engkau lah sebaik-baiknya Pelindung............."

Ku tumpahkan segala sedih dan tangisku malam itu menenggelamkan diriku dalam doa yang panjang..untuk malaikat kecilku. 
mengingat kembali tubuh mungilnya, wajahnya yang lucu, tangisnya, gerak geriknya yang membuat ceria suasana dan senyumnya...senyumnya seperti matahari yang menghangatkan hati. seperti arti namanya.

                                " Mentari Penghangat Hati"

                                                                                          ~ With Love ~ 
                                                                                                  2012

Senin, 16 April 2012

lagu cinta itu bukan untukmu.. ~ 2

Rupanya kamu belum bisa melupakan faya sahabatku, aku jadi kasihan sama kamu tapi aku juga gak bisa berbuat apa-apa. Faya lebih memilih orang lain daripada kamu.
Banyak pertimbangan yang Faya utarakan ke aku, dan aku gak mungkin mengutarakan semua itu sama kamu  walaupun kamu teman baik ku. Aku juga tak ingin kamu tahu bahwa sebenarnya aku ada saat kamu datang kerumah faya.

Ku lihat raut wajah kecewa tersembunyi saat Faya bicara padamu waktu itu, aku masih melihat senyummu yang harus kamu paksakan untuk menutupi rasa kecewamu. Aku bisa merasakan kecewamu saat itu. Tapi aku bisa apa? Tak mungkin juga bagiku untuk membujuk Faya agar menerimamu, aku sahabat  Faya, aku tahu hati Faya untuk siapa?!.

Rupanya rasa itu tak lekang oleh waktu. Walaupun masa telah berlalu kamu masih menyimpan  rasa hati untuk Faya. Tapi kenapa dalam rentang waktu itu kamu seolah mendekatiku dalam cara yang berbeda? Aku bisa rasakan ada rasa lain disana, entahlah semakin lama kamu sepertinya memberikan harapan untuk menumbuhkan rasa lain dihatiku. Aku tak bisa pungkiri  ada rasa lain juga yang hadir dalam hati saat itu.
Tapi saat rasa itu mulai tumbuh kamu seolah menjauh, ku yakinkan diriku bahwa aku salah mengartikan perasaanku, jadi ku tepis rasa itu tetap seperti rasa sebelumnya terhadapmu. Kamu teman baikku tak mungkin aku mengharapkan sesuatu yang aku sendiri gak yakin karenanya. Dan kita pun berpisah untuk waktu yang lama.

Malam itu dipenghujung tahun tanpa di duga kamu datang diacara ulang tahun temanku yang juga temanmu. Kedewasaan terlihat dari penampilanmu. Aku terkejut ketika kamu menyapaku dengan senyum paling manis yang pernah aku temui selama aku jadi temanmu. 

“ kamu…??” kataku tak percaya.

“ iya ini aku..kaget ya..? aku juga gak sangka bisa ketemu kamu lagi disini .” jawabmu.

“ Aku memang masih tinggal didaerah ini kok”. Kataku menghilangkan keterkejutanku.

“ iya aku tadi sempat tanya, ternyata kamu masih disini padahal saat beberapa waktu setelah perpisahan sekolah itu aku sempat mencarimu, katanya kamu kost didekat kampus dan aku gak tahu kamu kuliah dimana?”. Panjang kamu menjelaskan.

Aku mengernyitkan alisku, bingung dengan perkataannya.
“Kamu cari aku..?” tanyaku memastikan yang ku dengar.

“ iya..aku mencari mu, sepertinya kamu menghilang.”  Suaramu terdengar pelan.

“ untuk apa kamu mencariku?”. Masih bingung ku tanyakan itu.

“ Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan ?” ujarmu lagi.

Ach… sepertinya aku masih saja jadi tempat curahan hatimu, entah kamu sadar atau tidak  kamu membuka kembali rasa yang pernah kau titipkan dulu , semua itu kini membayang dalam ingatanku. 
“ Apa yang mau kamu tanyakan? Apa masih seputar rasa untuk Faya?  hey..bangun!!. kita sudah berada dalam masa yang berbeda sekarang".  kata ku mengingatkan.

“ oh..ya Faya, bagaimana kabarnya sekarang?”  kamu pura-pura menanyakan.

Aku baru saja mau menjawab ketika kamu tiba2 melanjutkan bicaramu.
“ bukan.. , ini bukan tentang Faya tapi tentang perasaan yang ada sama kamu dulu ?”.

Deg..!! degup jantungku sedikit tersentak. Apa maksudnya ini? ujarku dalam hati, kenapa tiba-tiba saja kamu menanyakan hal itu, apa kamu gak sadar apa yang kamu bicarakan? kamu benar-benar membuatku bingung.

“ maksudmu?”. tanyaku balik.

“  Seorang teman pernah bercerita tentang perasaanmu sama aku setelah sekian lama kita gak pernah ketemu, tadinya aku gak percaya karena ku fikir kita gak akan terlibat dengan rasa yang sama. Dulu aku harus menghindar darimu karena aku nggak ingin pertemanan kita rusak hanya karena rasa yang mulai ada dalam hatiku. Aku takut kamu marah jika tahu rasa lain telah tumbuh, aku tak berani berterus terang, aku tak ingin kamu tahu rasa itu. Aku hanya ingin memastikan apakah yang aku dengar itu benar?”. Panjang kamu ceritakan semua masa lalu itu.

Aku jadi bingung, ingin ku akui itu tapi aku gak sanggup untuk berkata. Ingin ku dustai itu tapi hatiku memang pernah tersentuh oleh rasa. Kalau saja dulu kita mau jujur dengan perasaan kita, mungkin bingung ini tak akan menjadikanku diam seribu bahasa. Yang ku lakukan hanya mendengarkan perkataanmu lagi.

“ kalau saja aku tahu lebih dulu perasaanmu, mungkin aku tak memaksamu untuk bicara dengan Faya, tapi kamu hebat..kamu sembunyikan semua itu bahkan sama sahabatmu sendiri, aku tak bisa bayangkan perasaanmu saat meminta sahabatmu untuk mau menemui ku padahal kamu mengorbankan perasaanmu”.

Aku masih terdiam mendengar semua curahan hati kamu yang entah kenapa baru kamu sampaikan setelah sekian lama. Apa yang harus aku lakukan dengan semua cerita itu. Apa yang harus ku katakan untuk menjelaskan semuanya kalau ternyata itu benar adanya. Sementara saat ini di jari manisku telah melingkar cincin indah pengikat hati.

“aku hanya ingin bilang..aku minta maaf telah menjauh dari kamu saat itu, aku gak bermaksud, aku hanya ingin menghindari perasaan yang lama-lama singgah dihatiku untukmu, aku gak ingin kamu marah sama aku,tapi aku juga gak mau menipu perasaanku kalau aku… suka kamu”.  Lirihmu pelan tertunduk.

“ aku bingung mau ngomong apa?” kataku singkat.

“ katakan saja kalau semua itu benar..katakan saja kalau ternyata kita memang punya rasa yang sama, dengan begitu aku bisa menebus rasa bersalahku padamu, aku ingin menjadikanmu lebih dari temanku, aku ingin kamu jadi teman dekatku". 

kata-katamu  membuatku jadi serba salah. Akhirnya ku beranikan diri untuk bicara denganmu.

“ sudah lah, semuanya sudah berlalu dan aku tak ingin melihatmu kecewa dengan semua cerita itu Aku tak ingin menyakiti rasa yang ada padamu saat ini, tapi kamu seharusnya mengerti perasaan itu tak bisa dipermainkan begitu saja. Dulu kamu datang padaku memintaku untuk membantumu bicara dengan sahabatku tentang perasaanmu, setelah kamu tahu jawabannya entah sadar atau tidak kamu memberikan harapan kepadaku, aku tahu aku menyukaimu sebelum kamu menyadarinya, tapi ku tepis semua itu. Aku menghormatimu sebagai teman baikku. Lalu kemudian kamu menjauh hingga perpisahan itu.
Sekarang kamu datang kepadaku menanyakan perasaanku kepadamu dan memintaku jadi teman dekatmu, apa kamu sadar dengan apa yang kamu goreskan saat ini?, kamu membuka luka yang telah lama aku pendam, kamu merasa seolah-olah aku telah kecewa karena kehilanganmu. Bukan itu, bukan itu yang harus kamu ketahui sekarang ini ?“. Kata-kataku meluncur begitu saja.
 
Kamu memandangku dengan pandangan orang yang merasa bersalah, membuatku perlu menjelaskan dan menyelesaikan semua perasaan ini.

“ Aku terlalu hanyut dengan perasaanku hingga tak sadar kalau kamu  adalah temanku, aku melakukan semua itu dulu karena aku ingin membantumu mengungkapkan rasa, namun sepertinya rasa itu memang tak bisa kamu lupakan. Aku memaklumi itu, hingga akhirnya ku tepis semua rasa tentang mu, menjadikanmu tetap sebagai temanku..Aku memaafkan mu atas rasa yang pernah kita miliki bersama. Aku tak ingin melihatmu kecewa lagi tapi maaf….kamu terlambat. Kamu hanya ada disudut kecil ruang hati. Aku tak ingin mengusik lagi keberadaanmu disana, karena kini  hati dan diri ku telah dimiliki oleh orang lain.” 

Ku pandangi dirimu yang diam menatapku. Aku tahu aku telah mengecewakannya. Tapi ini harus berakhir, masa lalu itu harus berlalu dan pergi. Aku tak ingin keberadaannya saat ini mengusik kebahagiaan yang telah aku dapati.

Tersadar kalau saat itu kita dalam suasana ulang tahun, aku mulai berbaur dengan yang lainnya. Ku lihat kamu maju ke depan memetik gitar dan mulai menyanyikan sebuah lagu.
".......lagu tentang cinta".

Terbayang kembali saat pasir pantai menyentuh kakiku waktu itu, angin malam menyapa kulitku membuatku merasa kedinginan, kamu memberikan jaketmu, menjagaku seolah takut aku sakit karena dinginnya malam. Kita bersama menyanyikan lagu tentang cinta itu  lagu cinta untukmu walau ku tahu saat itu lagu cinta itu bukan untukku.

Tapi saat ini ketika lagu tentang cinta itu mengalun kembali bisa ku pastikan.
 lagu cinta ini bukan lagi untukmu.....

                                                                       ~ s e l e s a i ~

Sabtu, 14 April 2012

lagu cinta itu bukan untukmu... ~1

Aku duduk sendirian diteras taman sekolah dibawah pohon rindang sambil membaca sebuah buku pelajaran saat kamu datang menghampiri. 
kalau saja kamu tahu rasa dalam hatiku, mungkin kamu tak akan menanyakan hal itu lagi padaku tapi aku temanmu..tempat kamu berbagi cerita. 

“ Bagaimana...?” katamu saat itu.

“ Ya kamu bilang aja sendiri nanti kamu akan tahu jawabanya ”. Kataku pelan
.
“ Tapi gimana caranya kamukan sahabatnya?” Tanya kamu lagi.

“ Aku memang sahabatnya tapi inikan perasaanmu bukan perasaanku?!”. Jelasku.

“ Tapi kamu mau bantu aku kan buat ngomong sama dia?”. Pintanya. Aku menarik nafas.

“ Oke.. nanti aku ngomong sama dia”. Jawabku sambil berdiri.

“ Terimakasih ya..” katamu dengan senyum mengembang.

Bel masuk sayup-sayup terdengar ku bereskan buku ku lalu melangkah pergi menuju kelas dan kamu berlari kecil meninggalkanku.

Bingung bagaimana memulainya, aku tahu sahabatku sedang mencoba dekat dengan seseorang dan aku bisa merasakan kegembiraannya tapi aku juga nggak mau buat temanku kecewa. 
Jadi siang itu aku memberanikan diri untuk mengajak sahabatku bicara dikantin sekolah saat istirahat.

“ Fay..kamu tau cowok manis dikelas sebelah?” tanyaku.

“ Mm…ya kenapa?” Jawab sahabatku.

“ Siang nanti dia mau main kerumahmu..boleh?” . tanyaku lagi sambil menyeruput sebotol minuman ringan

Sahabatku tak langsung menjawab dia kelihatan berfikir sejenak aku mengerti,
jadi ku tunggu saja sampai dia mau buka suara.

“  Bagaimana Fay…” tanyaku lagi.

“ Tapi kamu ikut kerumahku juga kan?” katanya membuatku terkejut. Bagaimana tidak aku tahu maksud temanku datang kerumah sahabatku. Kalau temanku tahu tentu itu akan membuatnya malu.

“ Ya nggak enak lah fay “ elak ku.

“ Temani aku lah.. aku gak mau menemuinya sendirian”. Rayu faya.

“ Tapi fay…” lanjutku.

“ Kamu kerumahku sebelum dia datang, jadi dia gak tau kamu ada disitu..?” pinta faya sambil memegang tanganku. “ Ayo lah..kamu kan sahabatku” . mohon faya.

“ Oke deh…” lanjutku menyerah.

Faya tersenyum padaku kemudian kami kembali menikmati jam istirahat dikantin yang ramai. Aku menitipkan sepucuk surat lewat teman sekelas kamu, aku tahu kamu pasti sedang menunggu kabar dariku dan semoga saja kabar ini akan membuatmu senang.

Jadi saat pulang sekolah itu aku langsung menghubungi rumah, titip pesan sama orang rumah kalo aku terlambat pulang sekolah kalau mama pulang dari belanja nanti  mama tak akan mencariku.

Faya langsung mengajakku masuk ke kamarnya saat tiba dirumah, membuka lemari pakaian lalu mengambil beberapa helai kaos dan menyerahkan padaku untuk memilih mana yang akan aku pakai buat ganti baju seragamku. Aiihh..Faya. aku jadi malu sendiri.

“ Aku kedapur ya. kamu ganti baju aja dulu”. ujar Faya lalu berlalu dan menutup pintu, membiarkanku dikamarnya sendirian.

Aku keluar kamar menuju ruang tengah biasanya aku dan faya duduk disitu sambil mengerjakan tugas sekolah bersama, faya sudah ganti bajunya dengan t-shirt berwarna pink dan jeans biru ¾. terlihat santai. Segelas es jeruk disodorkan kearahku dia sendiri meminum segelas es jeruknya sampai habis. Aku tertawa melihatnya, gak lama si mbak datang membawa 2 piring nasi goreng meletakkannya dimeja makan kemudian kembali lagi ke dapur. 

“  Makan dulu yuk…nanti kita terusin lagi ngobrolnya “. Ajak faya seraya menarik tanganku.
Nasi goreng si mbak memang enak, aku dan faya melahapnya sampai habis, segelas air putih menyelesaikan makan siangku

Aku dan Faya terlibat dalam obrolan yang sedikit agak serius, ku terangkan maksud kedatangan cowok manis itu mencoba menanyakan langsung bagaimana pendapat Faya tentang itu, Faya kelihatannya agak ragu dan aku memakluminya karena aku tahu Faya juga lagi suka sama seseorang, hanya saja cowok itu belum menyatakan sukanya sama Faya.
Yang ku tahu belakangan ini temanku lagi pendekatan sama Faya, aku lihat sikap Faya yang biasa saja seperti biasanya baik sama setiap orang.

“ Kelihatannya sih baik..tapi bagaimana ya?” bimbang Faya.

“ Yang punya keputusan kan kamu Fay, aku sih cuma menyampaikan saja.” Jelasku.

Faya tersenyum kearahku kemudian menempelkan jari telunjuknya ke bibir sambil menunjuk pintu depan yang tiba-tiba saja berbunyi. Aku tahu maksud Faya segera saja aku diam menahan suaraku.

Si mbak membukakan pintu menyuruh tamu itu menunggu dan mempersilahkannya duduk diteras depan rumah kemudian meninggalkannya. Faya yang sudah tahu ada tamu untuknya mengangguk saat si mbak memberitahu, Faya mengajakku keruang tamu, mengintip siapa yang datang dari balik tirai tebal di jendela. Aku mau berbalik keruang tengah ketika tiba-tiba tangan Faya menahanku dan berbisik agar aku tak meninggalkannya sendiri. Faya memintaku untuk tetap diruang tamu  sementara dia pergi menuju teras depan menemui sang tamu. Faya mengacungkan tinjunya dibalik pintu sambil tersenyum kearahku, aku mengangguk sambil tertawa tertahan.

Rabu, 04 April 2012

Kerinduan. ~ 4.

Seminggu telah berlalu setelah kepulanganmu dari rumah sakit itu.
Minggu ini kembali teman-teman mengajakku untuk menjengukmu.
kerumah mu..

Rumah besar bercat putih bersih dengan halaman yang luas dan taman yang terawat rapih.
Ibumu membuka pintu menjawab salam yang kami berikan lalu mepersilahkan masuk. Kamar itu tak terlalu besar tapi cukup nyaman, tubuhmu terbaring lemah dikasur empuk berwarna biru indah senada dengan warna kamar dan tirai dijendela bunga segar seperti biasa ada diatas meja kecil disudut dekat jendela, wangi pengharum ruangan menambah kesan bersih dan segar. Ibumu masuk mendahului, mengusap wajahmu lembut dan berkata setengah berbisik.

“ Bangun sayang… teman-temanmu datang “. Tangannya membelai rambut hitammu.

Ibumu mengisyaratkan agar kami masuk. Aku menghampiri tempat tidurmu, berdiri didepan dekat kakimu yang terselimuti kain lembut. sementara yang nya duduk disamping kiri dan kanan tempat tidurmu.

“ Sayang… ini teman-temanmu ada disini, bangun nak.” ucap ibumu lagi.

Perlahan kamu membuka matamu, tak bersuara tapi mengangguk perlahan.

Setelah yakin kamu bangun ibumu beranjak pergi meninggalkanmu melewatiku dan perlahan menyentuh tanganku lembut, seakan mengajakku untuk berbicara sejenak dan aku mengikutinya sampai diruang makan, kemudian dia memintaku untuk duduk.
 
“ Ada apa bunda…?” tanyaku. Hati ku sedikit agak bergetar.

“ Nak… sudah beberapa hari ini dia diam saja dan tertidur, bunda takut..!” ucap ibumu menunduk sambil menahan perasaannya dan ku lihat  ibumu menitikkan airmata. Aku terharu, aku tak bisa berkata.

Aku meraih tangannya mengusap punggung tangannya kemudian memeluknya erat hatiku ikut menangis, mataku mulai berair aku tak tahan melihat ibumu menangis. ibumu membiarkan aku memeluknya. Sepertinya dia ingin melepas himpitan rasa yang telah lama dipendamnya.

“ Nak.. bunda ingat almarhum ayah, disaat-saat terakhirnya beliau juga diam dan terus tertidur ”. Lirih ibumu disela isaknya.

Aku tak bisa berkata apa-apa, ku biarkan ibumu menangis dipelukanku.
Sesekali ku usap airmataku, aku tak ingin ibumu melihatku menangis. Aku dan ibumu berada dalam satu rasa.  Perlahan ku lepaskan pelukanku membiarkan ibumu bercerita menumpahkan segala rasanya hingga akhirnya bisa menguasai perasaan dan tenang.

Aku kembali kekamarmu dan ibumu mengikutiku dari belakang  dia telah menghapus airmatanya , menghampiri, membelai rambutmu yang hitam, Dan kamu.....kamu masih saja diam, matamu masih terpejam hanya desah nafasmu yang terdengar. Suasana didalam kamar itu jadi sunyi, tak ada yang bersuara ketika ibumu berkata padamu.
 
“ Sayang….buka matamu nak, lihat siapa yang datang..?” lembut suara itu memanggilmu.

Perlahan kamu membuka lagi matamu, entah kenapa dadaku berdegup menahan detak jantungku. Kakakmu masuk menghampiri dan berdiri tepat disebelah ku.

“ Sayang…. kamu mau minta maaf sama mereka semua..? Tanya ibumu lagi.

Tak tahan mendengar pertanyaan ibumu satu-satu teman wanita meninggalkan ruangan berdiri didepan pintu melihat dirimu sambil menahan tangis.

Dengan tenagamu yang kian lemah kamu berusaha mengangguk. Aku menahan airmataku, aku tak ingin menangis dihadapanmu.

“ Aku dan teman-teman juga minta maaf sama kamu, kami  telah memaafkanmu”. kataku mewakili. Tangan mu terasa dingin saat ku sentuh.

“ Tuh.. lihat sayang mereka semua memaafkanmu, kamu mau memaafkan mereka ?” Tanya ibu mu lembut sambil menahan rasa.

Sekali lagi kamu berusaha untuk mengangguk perlahan.
Ibumu tersenyum, masih membelai lembut rambutmu dan membiarkanmu kembali memejamkan mata.

 Aku memandang wajahmu yang terlihat lebih pucat dari biasanya desahan nafasmu berat, ku pandangi ibumu yang dengan kasih dan sayangnya terus mengusap-usap rambutmu. Perlahan ku lepas tanganmu dan seperti biasanya membisikan sesuatu ditelingamu sebelum akhirnya aku pamit pulang.

“ Bunda, kami pulang dulu..” kataku sambil mencium punggung tangannya.Tersenyum kearah kakakmu kemudian berlalu meninggalkan ruangan berwarna biru itu.

Aku bersimpuh kembali di kesunyian malam, memohon kepada Mu Sang pemilik Jiwa  mencurahkan rasa hatiku, bertanya... 

" kenapa rasa cinta itu tumbuh disaat seperti ini?  semua  tentangmu hadir dibenakku, aku tak kuasa untuk tidak menangis malam ini.

Ku biarkan airmataku membasahi peraduanku, membawa diriku dalam mimpi tentangmu.

                                                                              ~ o0o ~                 

Aku terbangun saat handpone ku bergetar, ku lirik jam didinding kamarku tengah malam. Kuraih Hp ku ada pesan pendek yang masuk disitu,  " dari kakakmu..." desahku. 

....................................................Tubuhku lemas, jantungku berdegup keras ku hempaskan tubuhku terduduk ditempat tidur. Menutup wajahku membiarkan airmata yang baru saja mengering kembali membasahi pipiku.

“ Kamu telah pergi….”  lirih hatiku perih.


Aku menangis dalam diam.
Aku menangis dalam kesendirian ditengah malam sunyi sepi.
Aku kehilangan orang yang baru saja memenuhi rasa dalam hatiku...... dengan rasa cinta, rasa sayang.
Aku kembali menangis membayangkan dirimu yang terbaring lemah tak berdaya, mengingat kembali masa-masa indah yang pernah ada bersamamu, tapi sebuah lagu sedih mengalun sunyi dalam hatiku. Dikeheningan malam ini ku tatap gelap tanpa bintang mencoba menggapai bayangmu, merengkuhmu dalam pelukan. Aku menangis, aku menangis  dalam kerinduanku, aku menangis karena kehilangan dirimu.
 
                                                            ~ o 0 o ~

Rumah bercat putih itu sudah penuh dengan orang-orang yang ingin mengucapkan belasungkawa.  Awan putih menutupi langit membuat redup suasana.
Aku diam membisu duduk diantara teman - temanmu. Sesaat tadi ketika baru datang ibumu memelukku erat, tapi airmata tak lagi membasahi pipinya dia terlihat pasrah, ikhlas menerima kepulanganmu kesisi- Nya.

Aku menemuimu dalam kesedihan yang mendalam, tak ingin rasanya menangis dihadapanmu yang terbujur kaku berselimut kain batik yang indah. Wajahmu pucat, senyummu terlihat menghiasi tidur panjangmu ,aku tak kuasa menahan rasa, dadaku sesak menahan tangis.
Ku pegang tanganmu yang tertutup kain, mengirimkan do’a dan aku tak lagi membisikanmu kata-kata yang sering ku ucapkan ketika kamu masih bisa tersenyum membalasnya.
Lirih perih menahan tangis, ku ucapkan kata-kata itu dihadapanmu.

                                  "Aku Sayang Kamu”. 

Usai sudah perjalananmu didunia ini, menyisakan kenangan indah untukku.
Tanah merah tertutup rapat bunga – bunga bertebaran diatas pusaramu indah seperti kata – kata indah yang sering kau berikan kepadaku saat malam menjelang. 
Aku tak lagi menangis. Saat ini yang ada hanya kerinduan akan kenangan indah bersamamu.

                                        ~ s e l e s a i ~

Kerinduan. ~3

Minggu cerah mewarni bumi yang ku pijak hari ini sinar mentari begitu hangat  menyentuh tubuhku, senam pagi bersama orang-orang terdekat memang menyenangkan walau sebagian lagi dari orang- orang itu tak aku kenal. 
Wajahku basah oleh keringat yang mengucur saat sebotol air mineral masuk dalam kerongkonganku. Hhhh..rasanya menyegarkan. Aku duduk istirahat  bersama teman-teman sambil bercanda, sesekali terdengar suara tawa kami. Untuk sesaat aku melupakanmu, menyimpan kesedihanku, menutupinya dengan tawa dan canda.

Siang ini teman-teman datang menengokmu, kamu masih seperti kemarin lebih banyak diam, sesekali kamu menutup matamu. Satu-satu mereka menyapa dirimu, menanyakanmu,
memberikan doa dan semangat. Aku hanya memperhatikanmu dari sisi meja sudut dekat jendela bersama ibumu. Kakakmu berusaha tegar menjawab setiap pertanyaan dan mereka seakan ikut merasakan penderitaanmu saat itu.

Jam besuk telah habis  kembali satu- satu mereka menyalamimu kemudian keluar ruangan dengan diam menyimpan perasaan disetiap hati mereka, rasa sedih dan iba dengan apa yang kamu derita saat ini, banyak doa yang mereka ucapkan, banyak harapan yang mereka inginkan semua itu hanya untuk kamu.

Aku masih diruanganmu menemani dan menunggu kakak serta  ibumu yang sedang menyelesaikan semua urusan rumah sakit, sore ini kamu akan pulang. 

“ hay…kamu akan pulang hari ini..aku senang, semoga kamu juga senang..” kataku sambil mengusap-usap lembut punggung tanganmu.

Kamu hanya mengangguk pelan memandangku lama seakan mengisyaratkan sesuatu.
Aku tersenyum membuang semua perasaan gundah yang menyelimutiku, tak lama Kakakmu memanggilku pelan jarimu bergerak berusaha memegang tanganku seakan tak ingin aku beranjak dari sisimu.

'"sebentar ya.." kataku pelan melepaskan tanganmu lalu menghampiri kakakmu sesaat aku mengangguk kemudian berlalu meninggalkan ruanganmu menuju ruang apotik menunggu obat-obatanmu, Beberapa menit kemudian kembali keruanganmu.

Semua telah selesai kamu sudah berada dimobil, ku pandangi dirimu yang masih terbaring lemah, mobil yang membawamu pulang perlahan bergerak meninggalkan bangunan putih melewati gerbang dan menghilang ditelan keramaian jalan.
Aku melangkah ketempat parkir menghidupkan kendaraanku dan berlalu.
Melintasi keramaian jalan bersama lampu-lampu kendaraan yang ikut menerangi malam.