Istana awan itu
terlihat indah, seorang bidadari dengan sayap putihnya yang lembut menari
disetiap malamnya, bernyanyi disetiap harinya, menebarkan cinta, memberikan
kasih sayang, membuat keindahan disetiap bunga.
Sang Bidadari bernyanyi sendiri, tak ada tarian yang
menyertainya, hanya sunyi yang dirasa. Dipandanginya bintang terang
ditimur sana, tempat ia menaruh rasa
hatinya. Dia tak mau turun lagi, dia tak ingin kemana-mana, hanya ingin sendiri
dipinggiran awan tempat dimana dia biasa menyendiri mengamati bumi.
Kemudian dia melangkahkan kakinya kedalam warna coklat, hatinya sedikit bergetar, pikirannya jadi tak menentu, seperti ada kebimbangan tapi entah apa? jadi dilanjutkan langkah kakinya kedalam warna kuning, hatinya sedikit agak lega tapi masih dirasakannya kebimbangan, dan dia tak ingin berlama-lama dalam warna itu. Kemudian dia melompat menginjak warna merah, tubuhnya bergetar, ada perasaan yang lebih keras dalam hatinya, ingin marah, ingin menangis, dia terbawa emosi yang dihasilkan dari hatinya. Tersadar sang Bidadari terbang menjauh dari warna merah.
Seorang pangeran yang berasal dari negeri
Embun mencoba mendekatinya, diam-diam dia selalu memperhatikan setiap nada,
setiap gerak dalam keindahan suasana disetiap harinya.
Suatu ketika Sang bidadari terbang rendah mengitari
sebuah taman kecil ditemani banyak kupu-kupu berwarna-warni, sesaat dia
tertegun dengan kelopak kuncup bunga putih disela-sela dedaunan hijau,
didekatinya dan mencoba untuk memegangnya, tapi niatnya itu diurungkan karena
ada butiran-butiran kecil bening perlahan turun dari langit bersama munculnya sinar matahari dari
ufuk timur. Seseorang denga sayap putih lebarnya menari-nari menyebarkan
butiran-butiran kecil bening yang terkadang berkilau terpapar sinar matahari.
Terkesima tanpa
bisa berkata apa-apa, Sang bidadari bersembunyi dan menyusup ke dalam dedaunan hijau itu.
Namun tiba-tiba tubuhnya menjadi segar dan bersemangat, ketika butiran
bening menyentuh tubuhnya, dan bunga disampingnya yang tadi masih menguncup
sekarang bergerak perlahan membuka satu-satu kelopak putihnya. Sehingga dia
tidak lagi tersembunyi, kelopak indah dari bunga putih dan harum itu. Membuka
persembunyiannya, bidadari lalu terbang kembali menuju istananya.
-------------------------------- o 0 o
-----------------------------
Malam ini tak ada
tarian dan nyanyian, Sang bidadari hanya terdiam dalam peraduannya
di awan, mengingat kembali apa yang telah terjadi dibawah sana. Ada sesuatu
yang terjadi dalam hatinya setelah butiran bening itu menyentuh tubuhnya. Rasanya
menyegarkan, memberikan sesuatu rasa yang lain yang belum pernah dia rasakan. Sepertinya
Sang bidadari awan ingin menjelma dirinya menjadi bunga putih itu saja, agar bisa
bertemu setiap hari dengan orang yang menebarkan butiran bening, merasakan
kesegaran baru tanpa harus menampakan diri dihadapannya.
Bidadari kembali
turun dari awan, bermain bersama kupu-kupu, menebarkan keindahan pada
bunga-bunga, menunggu butiran bening turun dari langit untuk menyentuh tubuhnya.
Sebelum turun tadi matahari
menyembunyikan wajah terangnya, bidadari tak menyadari itu, hanya saja ketika
dia sampai ditaman kecil kupu-kupu kuning lebih banyak menari- nari
dibandingkan dengan yang lainnya, mereka seperti bersembunyi, dan berlindung dibalik daun yang lebar, kemudian butiran-butiran bening itupun jatuh,
namun bukan butiran bening yang dia jumpai tapi butiran besar seperti air menetes yang membuat burung dan
lebah tak berani keluar dari sarangnya. Bidadari tersenyum tertunduk lesu,
sudah dipastikan dia tak akan melihat pangeran dengan sayap putih mengembang
yang menari-nari. Hatinya sedih, wajahnya menjadi muram, kemudian dia kembali
terbang menuju istananya diatas awan.
Melintasi langit melewati bintang yang paling terang dan
berhenti untuk menaruh hatinya yang merindu disana, agar bisa dia lihat nanti
saat tidur menjelang.
Hati ku merindu tak menentu,
Padamu wahai butiran embun penyejuk hati.
Bagaimana aku bisa melihatmu kembali?
jika semua terhalang oleh hujan yang tak mau berhenti.
Kemudian dia berbaring masih dengan memandangi langit, ya.. tak
ada tarian hari ini, tak ada rasa bahagia yang mengiringi, hingga dia terlelap
dalam mimpi.
Disudut awan Sang Pangeran Embun tampak bersedih, dia tak melihat senyum yang terpancar dari
wajah Sang Bidadari, dia tak mendengar nyanyian indah kebahagiaan yang keluar dari
suara merdu Sang Bidadari, kemudian dia terbang melintasi langit, menuju
bintang dan mengambil hati sang bidadari. Menempatkannya didalam hatinya.
Entah
mengapa rasanya memang begitu indah. Ternyata bidadari merindukanku. Pangeran
Embun bergumam dalam hati.
Di lintasinya beberapa awan kecil kemudian kembali pada sisi
istana tempat bidadari terlena dalam mimpinya.
Matahari menampakkan wajah terangnya, Sang Bidadari terjaga dari mimpi, hatinya ingin segera turun, tapi ketika ingat kejadian kemarin dia merasa ragu, jadi dari balik awan dia mengamati taman kecil itu, mengamati bunga putih yang sekarang bermekaran indah, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Ada garis garis berwarna-warni yang melengkung indah dari sisi istananya.
Matahari menampakkan wajah terangnya, Sang Bidadari terjaga dari mimpi, hatinya ingin segera turun, tapi ketika ingat kejadian kemarin dia merasa ragu, jadi dari balik awan dia mengamati taman kecil itu, mengamati bunga putih yang sekarang bermekaran indah, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Ada garis garis berwarna-warni yang melengkung indah dari sisi istananya.
Dia berdiri, mendekati
warna-warna itu, ragu dia meletakkan kakinya pada warna-warna indah ini, begitu
kakinya tersentuh hatinya yang kemarin merindu tiba-tiba saja berubah menjadi
rasa ingin tahu apa sebenarnya warna-warna indah ini? Dingin dan sejuk
menyentuh kakinya, tapi rasa sedikit agak licin, jadi dia kembangkan sayapnya
tanpa berniat untuk terbang, hanya menjaga keseimbangan agar dia tidak jatuh.
Di setiap warna ada
suasana berbeda yang dia rasakan, merah, hijau, kuning, biru, jingga, dan
berjuta-juta warna lainnya, bergabung menjadi satu membentuk sebuah lengkungan indah. Tak sadar bidadari menari
dan bernyanyi, hingga suara merdunya terdengar oleh pangeran embun yang sedang
menyebarkan butiran-butiran bening membentuk lengkungan ynang belum selesai.
Pangeran Embun terbang mendekatinya, tapi Sang Bidadari tak
menyadari, dia terhanyut oleh warna yang dipijaknya bernyanyi dan menari sambil menutup mata. Pangeran Embun tersenyum dan mengikuti gerakan
Sang abidadari Awan, sesekali berusaha untuk menjaga agar langkah bidadari tepat pada
garis berwarna.
Dan tiba-tiba Sang Bidadari melayang tak menyadari jika warna yang
dipijaknya telah habis, terjatuh karena tak mempersiapkan sayapnya,
tapi dia terkejut dan membuka matanya. Seseorang telah menangkap tubuhnya dan kini
di depan wajah Sang bidadari ada wajah tampan bening bersinar, tubuhnya masih dalam
pelukan, wajah itu tersenyum lembut, senyum yang dirasakanya memberikan
kesegaran.
Tanpa banyak bicara pangeran Embun melepaskan pelukannya
meraih tangan sang bidadari dan membawanya terbang kembali pada warna-warna
indah itu, sambil menari dan menyebarkan butiran bening yang kembali membentuk
lengkungan indah, seperti jembatan yang menghubungkan istana awan tempat
tinggalnya dengan taman kecil penuh dengan kupu-kupu warna-warni.
‘ Hai…. Putri Awan, aku Pangeran Embun, lihatlah ini yang
dinamakan PELANGI terbentuk dari butiran-butiran air yang ku sebarkan kemudian
terpapar dengan hangatnya sinar matahari hingga menghasilkan berjuta-juta
warna. “kamu suka dengan warna-warna ini?
Pangeran Embun memperkenalkan dirinya.
Sang Bidadari tertegun tak bisa berkata, dia agak malu karena
tapi sempat melayang jatuh.
“ Aku, aku sedang suka warna biru”. Jawabnya pelan sambil
menatap wajah didepannya.
“oh.. biru ya..? kamu sedang merindu…” Pangeran Embun berkata sambil tersenyum, dan
mengoyang-goyangkan tangannya yang masih memegang tangan bidadari Awan.
“ Bagaimana dia bisa tahu hatiku?” bidadari Awan berkata
dalam hati.
“ Boleh kulepaskan tanganku?” pinta Sang Bidadari Awan.
“ ooh, maaf”. Pangeran Embun tersipu malu sambil melepas
tangan sang bidadari.
“ nah sudah selesai “. Katanya lagi dengan senyum
mengembang.
“ Mari Putri ku tunjukan semua warna pelangi “ Pangeran
Embun meraih kembali tangan sang bidadari, dan bidadari hanya terdiam mengikuti
langkah sang Pangeran Embun.
“ Lihat warna merah muda, kamu mau meletkkan kakimu dalam
warna itu? Tanya pangeran Embun. Sang bidadari hanya mengangguk dan mengikuti arah menuju
warna merah jambu.
Oh, rasanya…. Rasanya tak bisa diungkapkan, hatinya begitu
bahagia ktika kakinya yang lembut menyentuh warna merah muda, ya… rasa bahagia
yang tak bisa diungkapkan, Sang bidadari tersenyum manis.
Kemudian dia melangkahkan kakinya kedalam warna coklat, hatinya sedikit bergetar, pikirannya jadi tak menentu, seperti ada kebimbangan tapi entah apa? jadi dilanjutkan langkah kakinya kedalam warna kuning, hatinya sedikit agak lega tapi masih dirasakannya kebimbangan, dan dia tak ingin berlama-lama dalam warna itu. Kemudian dia melompat menginjak warna merah, tubuhnya bergetar, ada perasaan yang lebih keras dalam hatinya, ingin marah, ingin menangis, dia terbawa emosi yang dihasilkan dari hatinya. Tersadar sang Bidadari terbang menjauh dari warna merah.
“ Oh, aku tak suka warna ini!” katanya sedikit agak keras.
Pangeran mengikutinya meraih tangan Sang Bidadari kemudian memeluk sang
bidadari erat, dan mengajaknya kembali kedalam warna merah, sang bidadari
membiarkan tubuhnya dalam pelukan.
“Tenanglah Putri, perasaan yang tadi kamu rasakan karena
hatimu sedang tak menentu, sekarang coba lihatlah aku” pangeran tersenyum,
melepaskan pelukannya dan memegang
lembuh wajah sang bidadari, begitu dekat hingga sang bidadari dapat melihat
mata birunya yang indah dan bening.
Sang Bidadari memandang lekat pada wajah Sang pangeran dan
menemukan apa yang dicarinya selama ini. Ya, kerinduan… kerinduan akan
kehadiran seseorang, ada rasa yang menggelora mulai merasuki tubuhnya, tapi
rasa yang berbeda, bukan rasa marah, hingga dia tak menyadari telah memeluk
pangeran dengan erat, bahkan ada hasrat ingin mencium sedikit saja mata indah
sang pangeran. ‘Oh, rasa apakah ini? jeritnya dalam hati.
Pangeran Embun tersenyum mengembang, menyadarkan Sang
bidadari pada posisinya, yang dengan perlahan melepaskan pelukan, tersipu malu
atas apa yang dilakukannya.
“Lihatlah Putri… kamu masih berdiri pada warna merah,
ingatlah, tak selamanya warna merah itu adalah kemarahan, karena itu tergantung
dari suasana hatimu.
“Putri, kamu tak perlu bersembunyi untuk melihatku, kamu tak
perlu merubah dirimu menjadi bunga, karena kamu memang secantik bunga ditaman
itu.
"Putri Awan, aku mencintaimu, seperti aku mencintai butiran bening yang
kutebarkan setiap pagi. Ku buatkan pelangi ini agar kamu bisa mengungkapkan
semua rasa yang ada dalm hatimu, agar kamu dapat turun tanpa harus berputar
untuk menuju taman indah yang penuh kupu-kupu itu, agar kamu bisa cepat
menemuiku dan bisa bermain sepuasnya disana, karena aku tahu hatimu Putri dan
aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan.
Sang Bidadari tertunduk dalam, sayapnya mengembang tapi tak
ingin terbang, dia meneteskan airmata, membiarkanya terjatuh membasahi warna
yang dipijaknya, kemudian perlahan berubah menjadi warna merah muda, warna
indah dan bahagia.
Sang pangeran mendekat mengankat wajah cantik sang bidadari,
menghapus setiap tetes bening yang membasahi pipi sang bidadari.
“ Bisa kamu rasakan kebahagiaan itu putri? Pangeran berucap.
Sang bidadari hanya mampu mengangguk lembut.
" kamu tahu Putri…….. Setiap kali kamu bersembunyi dalam
dedaunan dan bunga putih itu aku ingin selalu menyentuhmu, aku bahagia ketika
butiran bening yang ku sebarkan jatuh pada tempat yang indah sepertimu.
Kamu memang cantik seperti bunga, tak perlu kamu katakan
apa yang ada dihati kamu, karena aku telah mengetahuinya, maaf aku telah
mengambil hatimu pada bintang terang itu, dan aku merasakan bahagia seperti
yang kamu rasakan.
" Putri Awan, aku mencintaimu seperti kamu mencintai diriku"
Tidak ada kata yang keluar dari bibir sang bidadari, karena
semua kata-semua rasa telah diungkapkan oleh Pangeran Embun.
Ya, aku mencintaimu Pangeran Embun, seperti kamu mencintai
diriku.
.•.✿. Story of life, Pangeran embun dan Putri Awan.✿.•.
____------------------------` 303`2013 -----------------___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar